Definisi Kepemimpinan Dan Macam-Macam
Gaya Kepemimpinan
Definisi Kepimpinan
Kepemimpinan atau leadership merupakan
ilmu terapan dari ilmu-ilmu social, sebab prinsip-prinsip dan rumusannya
diharapkan dapat mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan manusia. Ada banyak
pengertian yang dikemukakan oleh para pakar menurut sudut pandang
masing-masing, definisi-definisi tersebut menunjukkan adanya beberapa kesamaan.
Pengertian Kepemimpinan Menurut Para
ahli
Menurut Tead; Terry; Hoyt (dalam
Kartono, 2003) Pengertian Kepemimpinan yaitu kegiatan atau seni mempengaruhi
orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut
untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan
kelompok.
Menurut Young (dalam Kartono, 2003)
Pengertian Kepemimpinan yaitu bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan
pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu
yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang
tepat bagi situasi yang khusus.
Dari beberapa definisi diatas dapat
disimpulkan bahwa kepemimpnan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain,
bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau
kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan
oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok
Macam-Macam Gaya Kepemimpinan
1. Gaya Kepemimpinan Otoriter /
Authoritarian
Adalah gaya pemimpin yang memusatkan
segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh.
Segala pembagian tugas dan tanggung jawab dipegang oleh si pemimpin yang
otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya melaksanakan tugas yang telah
diberikan.
2. Gaya Kepemimpinan Demokratis /
Democratic
Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya
pemimpin yang memberikan wewenang secara luas kepada para bawahan. Setiap ada
permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim yang utuh. Dalam
gaya kepemimpinan demokratis pemimpin memberikan banyak informasi tentang tugas
serta tanggung jawab para bawahannya.
3. Gaya Kepemimpinan Bebas / Laissez
Faire
Pemimpin jenis ini hanya terlibat delam
kuantitas yang kecil di mana para bawahannya yang secara aktif menentukan
tujuan dan penyelesaian masalah yang dihadapi.
EMPAT GAYA KEPEMIMPINAN DARI EMPAT MACAM
KEPRIBADIAN
Keempat gaya kepemimpinan berdasarkan
kepribadian adalah :
1. Gaya Kepemimpinan Karismatis
2. Gaya Kepemimpinan Diplomatis
3. Gaya Kepemimpinan Otoriter
4. Gaya Kepemimpinan Moralis
GAYA KEPEMIMPINAN KARISMATIS
Kelebihan gaya kepemimpinan karismatis
ini adalah mampu menarik orang. Mereka terpesona dengan cara berbicaranya yang
membangkitkan semangat. Biasanya pemimpin dengan gaya kepribadian ini
visionaris. Mereka sangat menyenangi perubahan dan tantangan.
Mungkin, kelemahan terbesar tipe
kepemimpinan model ini bisa di analogikan dengan peribahasa Tong Kosong Nyaring
Bunyinya. Mereka mampu menarik orang untuk datang kepada mereka. Setelah
beberapa lama, orang – orang yang datang ini akan kecewa karena
ketidak-konsisten-an. Apa yang diucapkan ternyata tidak dilakukan. Ketika
diminta pertanggungjawabannya, si pemimpin akan memberikan alasan, permintaan
maaf, dan janji.
GAYA KEPEMIPINAN DIPLOMATIS
Kelebihan gaya kepemimpinan diplomatis
ini ada di penempatan perspektifnya. Banyak orang seringkali melihat dari satu
sisi, yaitu sisi keuntungan dirinya. Sisanya, melihat dari sisi keuntungan
lawannya. Hanya pemimpin dengan kepribadian putih ini yang bisa melihat kedua
sisi, dengan jelas! Apa yang menguntungkan dirinya, dan juga menguntungkan
lawannya.
Kesabaran dan kepasifan adalah kelemahan
pemimpin dengan gaya diplomatis ini. Umumnya, mereka sangat sabar dan sanggup
menerima tekanan. Namun kesabarannya ini bisa sangat keterlaluan. Mereka bisa
menerima perlakuan yang tidak menyengangkan tersebut, tetapi
pengikut-pengikutnya tidak. Dan seringkali hal inilah yang membuat para
pengikutnya meninggalkan si pemimpin.
GAYA KEPEMIMPINAN OTORITER
Kelebihan model kepemimpinan otoriter
ini ada di pencapaian prestasinya. Tidak ada satupun tembok yang mampu
menghalangi langkah pemimpin ini. Ketika dia memutuskan suatu tujuan, itu
adalah harga mati, tidak ada alasan, yang ada adalah hasil. Langkah –
langkahnya penuh perhitungan dan sistematis.
Dingin dan sedikit kejam adalah
kelemahan pemimpin dengan kepribadian merah ini. Mereka sangat mementingkan
tujuan sehingga tidak pernah peduli dengan cara. Makan atau dimakan adalah
prinsip hidupnya.
GAYA KEPEMIMPINAN MORALIS
Kelebihan dari gaya kepemimpinan seperti
ini adalah umumnya Mereka hangat dan sopan kepada semua orang. Mereka memiliki
empati yang tinggi terhadap permasalahan para bawahannya, juga sabar, murah
hati Segala bentuk kebajikan ada dalam diri pemimpin ini. Orang – orang yang
datang karena kehangatannya terlepas dari segala kekurangannya.
Kelemahan dari pemimpinan seperti ini
adalah emosinya. Rata orang seperti ini sangat tidak stabil, kadang bisa tampak
sedih dan mengerikan, kadang pula bisa sangat menyenangkan dan bersahabat.
Jika saya menjadi pemimpin, Saya akan
lebih memilih gaya kepemimpinan demokratis.
Karena melalui gaya kepemimpinan seperti ini semua permasalahan dapat di selesaikan dengan kerjasama antara atasan dan bawahan. Sehingga hubungan atasan dan bawahan bisa terjalin dengan baik.
Karena melalui gaya kepemimpinan seperti ini semua permasalahan dapat di selesaikan dengan kerjasama antara atasan dan bawahan. Sehingga hubungan atasan dan bawahan bisa terjalin dengan baik.
PART 2
Pengertian
kepemimpinan,Tipe-tipe kepemimpinan, & Teori-teori kepemimpinan
> Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan itu termasuk kedalam suatu kerja sama
didasarkan kepada kemampuan orang tersebut, dan kepemimpinan itu juga di
ratikan oleh para pendapat ilmuwan diantaranya :
Menurut Tead; Terry; Hoyt (dalam
Kartono, 2003) Pengertian Kepemimpinan yaitu kegiatan atau
seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada
kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai
tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok.
Menurut Young (dalam Kartono,
2003) Pengertian Kepemimpinan yaitu bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup
mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan
penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi
situasi yang khusus.
Moejiono (2002) memandang bahwa leadership tersebut sebenarnya
sebagai akibat pengaruh satu arah, karenapemimpin mungkin memiliki kualitas-kualitas tertentu yang membedakan dirinya dengan
pengikutnya. Para ahli teori sukarela (compliance induction theorist)
cenderung memandang leadership sebagai pemaksaan atau
pendesakan pengaruh secara tidak langsung dan sebagai sarana untuk membentuk
kelompok sesuai dengan keinginan pemimpin (Moejiono, 2002).
Dari beberapa definisi diatas dapat
disimpulkan bahwa kepemimpnan merupakan kemampuan
mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah
laku bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam
bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau
kelompok.
> Tipe- Tipe Kepemimpinan
Ada enam tipe kepemimpinan yang diakui keberadaannya
secara luas.
1) Tipe pemimpin Otokratis
Yaitu seorang pemimpin yang otokratis adalah seorang pemimpin yang:
• Menganggap organisasi sebagai milik pribadi
• Mengidentikan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi
• Menganggap bawahan sebagai alat semata- mata
• Tidak mau menerima kritik, saran, dan pendapat
• Terlalu bergantung kepada kekuasaan formalnya
• Dalam tindakan penggerakannya sering mempergunakan pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan punitif (bersifat menghukum)
1) Tipe pemimpin Otokratis
Yaitu seorang pemimpin yang otokratis adalah seorang pemimpin yang:
• Menganggap organisasi sebagai milik pribadi
• Mengidentikan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi
• Menganggap bawahan sebagai alat semata- mata
• Tidak mau menerima kritik, saran, dan pendapat
• Terlalu bergantung kepada kekuasaan formalnya
• Dalam tindakan penggerakannya sering mempergunakan pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan punitif (bersifat menghukum)
2) Tipe Militeristis
Yaitu seorang pemimpin yang bertipe militeristis adalah seorang pemimpin yang memiliki sifat- sifat:
• Sering mempergunakan sistem perintah dalam menggerakkan bawahannya
• Senang bergantung pada pangkat dan jabatan dalam menggerakkan bawahannya
• Senang kepada formalitas yang berlebih- lebihan
• Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan
• Sukar menerima kritikkan dari bawahan
• Menggemari upacara- upacara untuk berbagai acara dan keadaan
Yaitu seorang pemimpin yang bertipe militeristis adalah seorang pemimpin yang memiliki sifat- sifat:
• Sering mempergunakan sistem perintah dalam menggerakkan bawahannya
• Senang bergantung pada pangkat dan jabatan dalam menggerakkan bawahannya
• Senang kepada formalitas yang berlebih- lebihan
• Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan
• Sukar menerima kritikkan dari bawahan
• Menggemari upacara- upacara untuk berbagai acara dan keadaan
3) Tipe Paternalistis
Yaitu seorang pemimpin yang:
• Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa
• Bersikap terlalu melindungi
• Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan dan inisiatif
• Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya.
• Sering bersikap maha tahu
Yaitu seorang pemimpin yang:
• Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa
• Bersikap terlalu melindungi
• Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan dan inisiatif
• Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya.
• Sering bersikap maha tahu
4) Tipe Kharismatis
Hingga kini para pakar belum berhasil menemukan sebab- sebab mengapa seorang pemimpin memiliki kharisma, yang diketahui adalah bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik yang amat besar dan karenanya pada umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya sangat besar. Karena kurangnya pengetahuan tentang sebab musabab seorang menjadi pemimpin yang kharismatis, maka sering dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supernatural powers).
Hingga kini para pakar belum berhasil menemukan sebab- sebab mengapa seorang pemimpin memiliki kharisma, yang diketahui adalah bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik yang amat besar dan karenanya pada umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya sangat besar. Karena kurangnya pengetahuan tentang sebab musabab seorang menjadi pemimpin yang kharismatis, maka sering dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supernatural powers).
5) Tipe Laissez Faire
Yaitu seorang yang bersifat:
• Dalam memimpin organisasi biasanya mempunyai sikap yang permisif, dalam arti bahwa para anggota organisasi boleh saja bertindak sesuai dengan keyakinan dan hati nurani, asal kepentingan bersama tetap terjaga dan tujuan organisai tetap tercapai.
• Organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya karena para anggota organisasi terdiri dari orang- orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran yang dicapai, dan tugas yang harus dilaksanakan oleh masing- masing anggota.
• Seorang pemimpin yang tidak terlalu sering melakukan intervensi dalam kehidupan organisasional.
• Seorang pemimpin yang memiliki peranan pasif dan membiarkan organisasi berjalan dengan sendirinya
Yaitu seorang yang bersifat:
• Dalam memimpin organisasi biasanya mempunyai sikap yang permisif, dalam arti bahwa para anggota organisasi boleh saja bertindak sesuai dengan keyakinan dan hati nurani, asal kepentingan bersama tetap terjaga dan tujuan organisai tetap tercapai.
• Organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya karena para anggota organisasi terdiri dari orang- orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran yang dicapai, dan tugas yang harus dilaksanakan oleh masing- masing anggota.
• Seorang pemimpin yang tidak terlalu sering melakukan intervensi dalam kehidupan organisasional.
• Seorang pemimpin yang memiliki peranan pasif dan membiarkan organisasi berjalan dengan sendirinya
6) Tipe Demokratis
Yaitu tipe yang bersifat:
• Dalam proses penggerakkan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia adalah makhluk termulia di dunia
• Selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari para bawahannya
• Senang menerima saran, pendapat bahkan kritik dari bawahannya
• Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses dari padanya.
• Selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan kerja tim dalam usaha mencapai tujuan
• Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin
• Para bawahannya dilibatkan secara aktif dalam menentukan nasib sendiri melalui peran sertanya dalam proses pengambilan keputusan.
Yaitu tipe yang bersifat:
• Dalam proses penggerakkan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia adalah makhluk termulia di dunia
• Selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari para bawahannya
• Senang menerima saran, pendapat bahkan kritik dari bawahannya
• Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses dari padanya.
• Selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan kerja tim dalam usaha mencapai tujuan
• Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin
• Para bawahannya dilibatkan secara aktif dalam menentukan nasib sendiri melalui peran sertanya dalam proses pengambilan keputusan.
> TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN
1. Teori Sifat
Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa
keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau
ciri-ciri yang dimiliki pemimpin itu. Atas dasar pemikiran tersebut timbul
anggapan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil, sangat
ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin. Dan kemampuan pribadi yang dimaksud
adalah kualitas seseorang dengan berbagai sifat, perangai atau ciri-ciri di
dalamnya. Ciri-ciri ideal yang perlu dimiliki pemimpin menurut Sondang P
Siagian (1994:75-76) adalah:
- pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang kuat,
rasionalitas, obyektivitas, pragmatisme, fleksibilitas, adaptabilitas,
orientasi masa depan;
- sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi yang tinggi, naluri relevansi, keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap yang antisipatif, kesediaan menjadi pendengar yang baik, kapasitas integratif;
- kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang, analitik, menentukan skala prioritas, membedakan yang urgen dan yang penting, keterampilan mendidik, dan berkomunikasi secara efektif.
- sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi yang tinggi, naluri relevansi, keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap yang antisipatif, kesediaan menjadi pendengar yang baik, kapasitas integratif;
- kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang, analitik, menentukan skala prioritas, membedakan yang urgen dan yang penting, keterampilan mendidik, dan berkomunikasi secara efektif.
Walaupun teori sifat memiliki berbagai kelemahan
(antara lain : terlalu bersifat deskriptif, tidak selalu ada relevansi antara
sifat yang dianggap unggul dengan efektivitas kepemimpinan) dan dianggap sebagai
teori yang sudah kuno, namun apabila kita renungkan nilai-nilai moral dan
akhlak yang terkandung didalamnya mengenai berbagai rumusan sifat, ciri atau
perangai pemimpin; justru sangat diperlukan oleh kepemimpinan yang menerapkan
prinsip keteladanan.
2. Teori Perilaku
Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan
merupakan perilaku seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu
kelompok ke arah pencapaian tujuan. Dalam hal ini, pemimpin mempunyai deskripsi
perilaku:
a. konsiderasi dan struktur inisiasi
Perilaku seorang pemimpin yang cenderung mementingkan
bawahan memiliki ciri ramah tamah,mau berkonsultasi, mendukung, membela,
mendengarkan, menerima usul dan memikirkan kesejahteraan bawahan serta
memperlakukannya setingkat dirinya. Di samping itu terdapat pula kecenderungan
perilaku pemimpin yang lebih mementingkan tugas organisasi.
b. berorientasi kepada bawahan dan produksi
perilaku pemimpin yang berorientasi kepada bawahan
ditandai oleh penekanan pada hubungan atasan-bawahan, perhatian pribadi
pemimpin pada pemuasan kebutuhan bawahan serta menerima perbedaan kepribadian,
kemampuan dan perilaku bawahan. Sedangkan perilaku pemimpin yang berorientasi
pada produksi memiliki kecenderungan penekanan pada segi teknis pekerjaan, pengutamaan
penyelenggaraan dan penyelesaian tugas serta pencapaian tujuan.
Pada sisi lain, perilaku pemimpin menurut model
leadership continuum pada dasarnya ada dua yaitu berorientasi kepada pemimpin
dan bawahan. Sedangkan berdasarkan model grafik kepemimpinan, perilaku setiap
pemimpin dapat diukur melalui dua dimensi yaitu perhatiannya terhadap
hasil/tugas dan terhadap bawahan/hubungan kerja.
Kecenderungan perilaku pemimpin pada hakikatnya tidak
dapat dilepaskan dari masalah fungsi dan gaya kepemimpinan (JAF.Stoner,
1978:442-443)
3.
Teori Situasional
Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori
situasional ditentukan oleh ciri kepemimpinan dengan perilaku tertentu yang
disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan situasi organisasional
yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor waktu dan ruang. Faktor situasional
yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan tertentu menurut Sondang P. Siagian
(1994:129) adalah
* Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas;
* Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan;
* Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan;
* Norma yang dianut kelompok;
* Rentang kendali;
* Ancaman dari luar organisasi;
* Tingkat stress;
* Iklim yang terdapat dalam organisasi.
* Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan;
* Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan;
* Norma yang dianut kelompok;
* Rentang kendali;
* Ancaman dari luar organisasi;
* Tingkat stress;
* Iklim yang terdapat dalam organisasi.
Efektivitas kepemimpinan seseorang ditentukan oleh
kemampuan “membaca” situasi yang dihadapi dan menyesuaikan gaya kepemimpinannya
agar cocok dengan dan mampu memenuhi tuntutan situasi tersebut. Penyesuaian
gaya kepemimpinan dimaksud adalah kemampuan menentukan ciri kepemimpinan dan
perilaku tertentu karena tuntutan situasi tertentu. Sehubungan dengan hal
tersebut berkembanglah model-model kepemimpinan berikut:
a.
Model kontinuum Otokratik-Demokratik
Gaya dan perilaku kepemimpinan tertentu selain
berhubungan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, juga berkaitan dengan
fungsi kepemimpinan tertentu yang harus diselenggarakan. Contoh: dalam hal
pengambilan keputusan, pemimpin bergaya otokratik akan mengambil keputusan
sendiri, ciri kepemimpinan yang menonjol ketegasan disertai perilaku yang
berorientasi pada penyelesaian tugas.Sedangkan pemimpin bergaya demokratik akan
mengajak bawahannya untuk berpartisipasi. Ciri kepemimpinan yang menonjol di
sini adalah menjadi pendengar yang baik disertai perilaku memberikan
perhatian pada kepentingan dan kebutuhan bawahan.
b. Model ” Interaksi
Atasan-Bawahan” :
Menurut model ini, efektivitas kepemimpinan seseorang
tergantung pada interaksi yang terjadi antara pemimpin dan bawahannya dan
sejauhmana interaksi tersebut mempengaruhi perilaku pemimpin yang bersangkutan.
Seorang akan menjadi pemimpin yang efektif,
apabila:
* Hubungan atasan dan bawahan dikategorikan baik;
* Tugas yang harus dikerjakan bawahan disusun pada tingkat struktur yang tinggi;
* Posisi kewenangan pemimpin tergolong kuat.
* Tugas yang harus dikerjakan bawahan disusun pada tingkat struktur yang tinggi;
* Posisi kewenangan pemimpin tergolong kuat.
c. Model Situasional
Model ini menekankan bahwa efektivitas kepemimpinan
seseorang tergantung pada pemilihan gaya kepemimpinan yang tepat untuk
menghadapi situasi tertentu dan tingkat kematangan jiwa bawahan. Dimensi
kepemimpinan yang digunakan dalam model ini adalah perilaku pemimpin yang
berkaitan dengan tugas kepemimpinannya dan hubungan atasan-bawahan. Berdasarkan
dimensi tersebut, gaya kepemimpinan yang dapat digunakan adalah
* Memberitahukan;
* Menjual;
* Mengajak bawahan berperan serta;
* Melakukan pendelegasian.
* Menjual;
* Mengajak bawahan berperan serta;
* Melakukan pendelegasian.
d. Model ” Jalan- Tujuan “
Seorang pemimpin yang efektif menurut model ini adalah
pemimpin yang mampu menunjukkan jalan yang dapat ditempuh bawahan. Salah satu
mekanisme untuk mewujudkan hal tersebut yaitu kejelasan tugas yang harus
dilakukan bawahan dan perhatian pemimpin kepada kepentingan dan kebutuhan
bawahannya. Perilaku pemimpin berkaitan dengan hal tersebut harus
merupakan faktor motivasional bagi bawahannya.
e. Model “Pimpinan-Peran serta
Bawahan” :
Perhatian utama model ini adalah perilaku pemimpin
dikaitkan dengan proses pengambilan keputusan. Perilaku pemimpin perlu
disesuaikan dengan struktur tugas yang harus diselesaikan oleh bawahannya.
Salah satu syarat penting untuk paradigma tersebut
adalah adanya serangkaian ketentuan yang harus ditaati oleh bawahan dalam
menentukan bentuk dan tingkat peran serta bawahan dalam pengambilan keputusan.
Bentuk dan tingkat peran serta bawahan tersebut “didiktekan” oleh situasi yang
dihadapi dan masalah yang ingin dipecahkan melalui proses pengambilan
keputusan.
PART 3
DASAR-DASAR KEPEMIMPINAN
Dasar-Dasar Kepemimpinan
DASAR-DASAR KEPEMIMPINAN
BAB I
PENDAHULUAN
Kepemimpinan dalam pengertian umum adalah suatu proses ketika seseorang memimpin (directs), membimbing (guides), memengaruhi (influences) atau mengontrol (controls) pikiran, perasaan, atau tingkah laku orang lain
Ilmu diperlukan sebagai bekal untuk memimpin, sedangkan seni diperlukan untuk menerapkan ilmu tersebut sehingga pemimpin dapat berjalan dalam nuansa yang sejuk dan simpatik
Pengertian tersebut akan membekali kita dalam membicarakan tentang fungsi kepemimpinan dalam organisasi. Banyak hasil penelitian membuktikan bahwa secara psikologis terdapat hubungan yang tidak sederhana antara moral, etik, dan motivasi dengan produktivitas kerja.
Secara harfiah kepemimpnan tradisional dapat diartikan sebagai suatu kepemimpinan yang lahir di tengah-tengah masyarakat primitif atau masyarakat yang baru tumbuh. Dalam masyarakat yang primitif konsep kepemimpinan akan muncul sebagai suatu jawaban dari kondisi objektif yang mereka alami, ketika suatu persoalan hidup dan kehidupan mereka mengalami kemandegan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dasar-Dasar Kepemimpinan
1. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan dalam pengertian umum adalah suatu proses ketika seseorang memimpin (directs), membimbing (guides), memengaruhi (influences) atau mengontrol (controls) pikiran, perasaan, atau tingkah laku orang lain. Dari pengertian umum tersebut dapat dipahami bahwa kepemimpinan merupakan tindakan atau perbuatan seseorang yang menyebabkan seseorang atau kelompok lain menjadi bergerak ke arah tujuan-tujuan tertentu.
a) Prof. Dr. Mr. Prajudi Atmosudirjo dalam bukunya yang berjudul beberapa pandangan umum tentang pengambilan keputusan, menulis kepemimpina sebagai berikut :
“Kepemimpinan adalah kepribadian seseorang yang menyebabkan sekelompok orang lain mencontoh atau mengikutinya. Kepemimpinan adalah kepribadian yang memancarkan pengaruh wibawa, sedemikian rupa sehingga sekelompok orang mau melakukan apa yang dikehendakinya”
b) Haiman, berpendapat bahwa kepemimpian adalah suatu proses dimana seseorang memimpin, membimbing, direfleksikan dengan jiwa seni. Seni berarti disini adalah yaitu indah dalam mempengaruhi, indah dalam membimbing, dan indah dalam mengarahkan. Kalau sudah demikian, Insya Allah hasil kepemimpinan itu pun akan indah dalam arti senang dan menyenangkan.
2. Pendekatan-Pendekatan Dalam Kepemimpinan
1) Pendekatan Emosional
Dalam proses kepemimpinan yang dinamis akan selalu ditemui interaksi antara yang memimpin dengan yang dipimpin atau antara atasan dan bawahan.
Meskipun akan terjadi reaksi tiap individu mungkin tidak sama, karena hal itu tergantung pada kepribadiannya masing-masing, namun pendekatan seperti itu diharapkan dapat membentuk sikap dan perilaku yang sama dalam memandang hal-hal normatif dalam kepemimpinan.
2) Pendekatan Kelompok.
Kepemimpinan akan lebih bergensi apabila tercantum di dalamnya dapat berlangsung dalam dinamika kompetensi yang sehat dan teratur. Dalam pendekatan kelompok, kepemimpian seseorang emang tengah diuji, apakah proses adaptasi atau pengenalan dirinya telah berjalan sesuai dengan prosedur, sehingga mempunyai korelasi dengan tahap asimilasi (saling mengenal) dan selanjutnya dapat mengorbit (memasuki) kawasan integrasi (penyatuan diri).
3. Sebab-Sebab Timbulnya Pemimpin
Berdasarkan analisis emphiris dapat dikemukakan bahwa ada beberapa penyebab timbulnya leader atau pemimpin dalam perkembangan masyarakat. Dalam kehidupan masyarakat baik tradisional maupun modern, kehadiran seorang pemimpin mutlak diperlukan, karena pemimpin lahir sebagai pengayom dan pelindung dari kelompok di mana dia berada. Secara psikologis antara pemimpin dan yang dipimpin saling memerlukan, baik untuk pengembangan kebudayaan maupun untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi dirinya.
Adapun yang mempengaruhi timbulnya pemimpin, dapat dikemukakan antara lain sebagai berikut :
a) Sebagai Polarisasi dari Anggota-anggota Kelompok
b) Sebagai Pencerminan Kemampuan Seseorang.
c) Sebagai jawaban dari faktor-faktor kondisional dan Situsional.
4. Kepemimpinan Dalam Masyarakat
Masyarakat artinya kumpulan dari orang-orang yang berserikat untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tertentu. Konsekuensi logis dalam kehidupan bermasyarakat adalah munculnya interaksi sesama manusia yang melahirkan dinamika kelompok masyarakat. Dalam dinamika interaksi tersebut biasanya ada satu atau beberapa orang yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi jalan pikiran anggota kelompok untuk tujuan-tujuan tertentu.
Dalam kelompok masyarakat, orang-orang yang dapat mempengaruhi tersebut biasanya disebut sebagai tokoh masyarakat atau pemuka masyarakat
.
5. Kepemimpinan Dalam Birokrasi
Kata Birokrasi berasal dari bahasa Belanda, bureucraat. Menurut Ensiklopedi Indonesia, birokrasi merupakan sebutan untuk pegawai (tinggi) pemerintah yang bertindak berdasarkan instruksi harfiah. Tidak menurut maksud yang dituju dan bertindak tanpa kebijaksanaan sedikitpun.
Kepemimpinan dalam birokrasi sifatnya adalah legal dan formal yang didasarkan atas legitimasi yang normatif. Seorang pemimpin formal diangkat berdasarkan surat keputusan, dia ditugaskan memimpin suatu lembaga tertentu dengan batas-batas wewenang.
B. Proses Kepemimpinan
1. Fungsi Kepemimpinan Dalam Organisasi
Ilmu diperlukan sebagai bekal untuk memimpin, sedangkan seni diperlukan untuk menerapkan ilmu tersebut sehingga pemimpin dapat berjalan dalam nuansa yang sejuk dan simpatik
Pengertian tersebut akan membekali kita dalam membicarakan tentang fungsi kepemimpinan dalam organisasi. Banyak hasil penelitian membuktikan bahwa secara psikologis terdapat hubungan yang tidak sederhana antara moral, etik, dan motivasi dengan produktivitas kerja.
Adapun fungsi pokok dari seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu sebagai administrator dan sebagai manajer, masing-masing dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Fungsi Administrator dalam pelaksanannya dibagi dua, yaitu sebagai berikut :
a) Pengambil keputusan
b) Perumus Kebijaksanaan
Sebagai pengambil keputusan setiap pemimpin harus berorientasi pada prinsip-prinsip berikut :
1) Harus tepat dan dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.
2) Harus cepat, jangan kdaluwarsa sehingag merugikan gerak organisasi dan anggota
3) Harus rasional, artinya dapat dilaksanakan sesuai dengan kemampuan organisasi atau anggota
4) Harus dapat mempermudah tercapainya tujuan organisasi
Adapun sebagai perumus kebijaksanaan seseorang pemimpin harus berorientasi pada prinsip-prinsip sebagai berikut :
1) Harus berdasarkan penelitian yang obyektif dan didukung oleh data dan fakta yang lengkap
2) Isi dan tujuan kebijaksanaan tidak bertentangan dengan sasaran dan haluan organisasi
3) Ditetapkan berdasarkan musyawarah sesuai dengan prosedur dan mekanisme yang telah ditentukan
4) Untuk peristiwa yang sama kebijaksanaannya harus sama, walaupun objeknya berbeda.
2. Sebagai manajer, pemimpin harus berperan sebagai :
1) Perencana
2) Organisator
3) Pengarah
4) Pengawas
5) Penilai
2. Kepemimpinan Dalam Perubahan Sosial
Setiap masyarakat selama hidupnya pasti mengalami perubahan, karena tidak ada kekal di dunia ini kecuali perubahan itu sendiri. Karenanya tidak ada satu masyarakat pun yang berhenti pada satu titik tertentu sepanjang masa.
Perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat dapat menyentuh dan menggeser nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola perilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang serta interaksi sosial, dan lain sebagainya.
Menurut Wibert E. Moore dalam bukunya yang berjudul Social Change mengatakan bahwa perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat dunia dewasa ini merupakan gejala normal. Pengaruhnya dunia dewasa ini merupakan ke bagian-bagian dunia lain berkat adanya komunikasi modern.
3. Efektifitas Kepemimpinan
Prof. Dr. Gerungan dalam bukunya yang berjudul Psychologi Social, menyebutkan ada tiga syarat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin yang berhasil, yaitu sebagai berikut :
1) Ketajaman penglihatan sosial
Adapun yang dimaksud dengan ketajaman penglihatan sosial disini adalah suatu kemampuan untuk melihat dan mengerti gejala-gejala yang dimbul dalam masyarakat atau kehidupan sehari-hari, khususnya mengenai perasaan, tingkah laku, keinginan, dan kebutuhan-kebutuhan para anggota sesama organisasi. Kebutuhan-kebutuhan itu dapat berupa kebutuhan pokok atau kebutuhan pelengkap.
2) Kemampuan berfikir abstrak
Adapun yang dimaksud dengan kemampuan berfikir abstrak adalah pemimpin yang mempunyai otak yang amat cerdas, karena mimiliki abstrak itu dibutuhkan oleh seorang pemimpin untuk melihat, menafsirkan, dan menilai kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh anggota organisasi.
3) Keseimbangan Emosional
Seseorang yang emosinya tidak stabil, jangankan akan menjadi pemimpin untuk orang lain, menenangkan diri sendiri saja tidak mampu. Seseorang pemimpin harus dapat menciptakan rasa tenang dan aman kepada mereka yang dipimpinnya. Hal ini hanya mungkin dilakukan apabila dia sendiri bersikap tenang dan aman, karena memiliki keseimbangan emosional.
4. Proses Komunikasi Dalam Kepemimpinan
Tidak dapat disangkal, bahwa komunikasi memegang peranan penting dalam hubungan antar manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup terlepas dari manusia lain.
Komunikasi merupakan suatu proses sosial yang sangat mendasar dan vital dalam kehidupan manusia, karena masyarakat hanya bisa berfungsi melalui dan karena komunikasi. Tingkat intesitas hubungan antar manusia akan dapat diukur melalui seberapa jauh keterbukaan komunikasi yang dilakukannya.
Kehidupan manusia sehari-hari sangat dipengaruhi oleh pesan-pesan yang disampaikan dalam komunikasi tersebut.
C. Tipologi Kepemimpinan
1. Kepemimpinan Tradisional
Secara harfiah kepemimpnan tradisional dapat diartikan sebagai suatu kepemimpinan yang lahir di tengah-tengah masyarakat primitif atau masyarakat yang baru tumbuh. Dalam masyarakat yang primitif konsep kepemimpinan akan muncul sebagai suatu jawaban dari kondisi objektif yang mereka alami, ketika suatu persoalan hidup dan kehidupan mereka mengalami kemandegan.
Dalam konteks ini corak kepemimpinan yang berkembang adalah dalam bentuk feodal, karena siapa yang mempunyai keberanian dia akan tampil ke depan, dan sekali merebut akan tetap mempertahankan bahkan mewariskan kepada keturunannya. Kepemimpinan corak ini berusaha untuk menyalurkan pemikiran dan tindakan pengikutnya ke arah mengagungkan beberapa kelompok.
2. Kepemimpinan Kharismatik
Tipologi kepemimpinan kharismatik ini diwarnai oleh indikator sangat besarnya pengaruh sang pemimpin terhadap para pengikutnya. Kepemimpinan seperti ini lahir karena pemimpin tersebut mempunyai kelebihan yang bersifat psikis dan mental serta kemampuan tertentu, sehingga apa yang diperintahkannya rasionalitas dan perintah tersebut. Jika dilihat lebih jauh seakan-akan antara pemimpin dengan pengikutnya seperti ada daya tarik bersifat kebatinan atau magic.
Biasanya dalam kepemimpina kharismatik, interaksinya dengan lingkuang lebih banyak bersifat informal. Karena dia tidak perlu diangkat secara formal dan tidak ditentukan oleh kekayaan, tingkat usia, bentuk fisik, dan sebagainya. Meskipun demikian, kepercayaan pun mempercayainya dengan penuh kesungguhan, sehingga dia sering dipuja dan dipuji bahkan dikultuskan. Sebab dalam kesehariannya dengan kewibawaannya yang cukup besar dia mampu mengendalikan pengikutnya tanpa memerlukan bantuan dari pihak lain.
Kepemimpinan kharismatik biasanya menggunakan gaya persuasif dan edukatif. Apabila dilihat dari kacamata administrasi dan manajemen sebenarnya kepemimpinan tipologi ini akan jauh lebih berhasil apabila kebetulan pemimpinnya mendapat kepercayaan pula sebagai pemimpin formal, baik dalam pemerintahan maupun dalam persatuan atau organisasi kemasyarakatan.
3. Kepemimpinan Rasional
Kepemimpinan dalam suatu organisasi hanya akan efektif, jika kepemimpinannya itu dapat diterima oleh pengikutnya. Oleh sebab itu, kepemimpinan harus diimbangi dengan nilai-nilai rasionalitas yang secara timbal balik diakui dan dibenarkan, baik oleh sang pemimpin maupun pengikutnya.
Salah satu bagian penting dari tugas pemimpin adalah pengembangan sumber daya manusia atau orang-orang yang dipimpin.
4. Kepemimpinan Otoriter
Tipologi kepemimpinan otoriter atau biasa juga disebut dengan istilah otokratis, biasanya tidak bertahan lama dan kalaupun akan bertahan hanya dilingkungan terbatas. Ketika masyarakat mulai berkembang dan maju, baik dalam arti pendidikan maupun ekonomi dan peradaban, sekaligus bersamaan waktunya kepemimpinan otoriter kan dijauhi oleh masyarakat.
Gaya kepemimpinan represif, inspektif, dan investivigatif merupakan tingkah lakunya sehari-hari. Gaya-gaya tersebut sekaligus membuktikan bahwa seorang pemimpinan yang otoriter adalah seorang yang hanya mengutamakan kehendak sendiri. Seolah-olah pada dirinya berhimpun dua kekuasaan, yaitu memberi perintah dan menentukan keputusan.
5. Kepemimpinan Demokratis
Ada beberapa indikator yang dapat dijadikan ukuran dalam melihat prototype kepemimpinan yang demokratis antara lain adalah sebagai berikut :
1) Menempatkan manusia dalam pandangan yang terhormat, mulia dan berpotensi.
2) Senantiasa berusaha mempertautkan atara kepentingan dan tujuan organisasi dengan tujuan dan kepentingan pribadi
3) Terbuka menerima kritik dan saran dari siapa saja
4) Berupaya menciptakan iklim yang kondusif dan mengutamakan kerja sama yang kompak
5) Mendorong bawahan untuk bebas berinisiatif, melalui kreativitas yang dinamis
6) Senantiasa membina diri untuk bisa berkembang sebagai pemimpin yang berwawasan luas, andal, dan berwibawa.
Kepemimpinan demokratis adalah tipologi yang paling tepat dan ideal untuk dikembangkan dalam organisasi yang modern. Pertimbangannya adalah karena lebih cocok dengan fitrah manusia dan mudah untuk diterapkan dalam semua lapisan baik masyarakat kota maupun masyarakat desa.
Secara filosofis corak kepemimpinan demokratis akan tergambar dalam tindakan dan perilaku kepemimpian antara lain sebagai berikut :
1) Pemimpin menghargai pengikutnya secara menyeluruh tanpa membeda-bedakan.
2) Pengambilan keputusan sangat berorientasi kepada keputusan kelompok, bukan hasil pemikiran dari seorang pemimpin saja.
3) Pola dialog menjadi kebutuhan dalam menumbuhkan inisiatif kelompok.
4) Tugas dan wewenang disesuaikan dengan ruang lingkup pekerjaan yang tersedia.
5) Memberi peluang yang luas kepada bawahan untuk berkembang sesuai dengan skill-nya
6) Selalu mengatakan bahwa keberhasilan yang dicapai adalah keberhasilan bersama (kelompok).
6. Kepemimpinan Tunggal
Dalam ilmu kepemimpinan dikenal istilah yang sama pengertiannya tetapi berbeda dalam penerapannya, yaitu pimpinan dan kepala.
Persamaan adalah sama-sama menghadapi atau memimpin sekelompok orang dan sama-sama mempunyai tanggung jawab tertentu dalam memimpin atau yang diberi amanah untuk melaksanakan suatu tugas pokok sesuai dengan fungsinya. Sedangkan dalam penerapannya secara operasional terdapat beberapa perbedaan yang sangat prinsipil, yaitu sebagai berikut :
1) Pimpinan
- Bertindak sebagai organisator dan koordinator
- Bertanggung jawab terhadap sekelompok yang dipimpinnya
- Merupakan bagian dari kelompoknya
- Kekuasaannya berasal dari kepercayaan anggota kelompok atau bawahannya
- Dipilih dan diangkat atas kemauan dan persetujuan anggota kelompoknya.
2) Kepala
- Bertindak sebagai penguasa
- Bertanggung jawab terhadap atasan, bukan kepada bawahan
- Tidak selalu merupakan bagian dari kelompoknya
- Kekuasaannya berpijak dari peraturan-peraturan
- Tidak dipilih, melainkan diangkat oleh atasan sesuai dengan persyaratan yang ditentukan.
7. Kepemimpinan Kolektif
Pengertian kolektif adalah bersama, jadi tipologi kepemimpinan yang kolektif bermakna bahwa kepemimpinan tidak dijalankan oleh orang seorang dalam kapasitas jabatan apa saja. Tetapi yang menonjol adalah kebersamaan, baik dalam memberikan penilaian terhadap hasil usaha dan pengawasan.
D. Kepemimpinan Dalam Islam
Istilah pemimpin dan kepemimpinan merupakan kesatuan kata yang sulit untuk dipisahkan, karena tiada pemimpin tanpa kepemimpinan, sedangkan kepemimpinan tidak akan berarti tanpa pemimpin. Istilah pemimpin itu sendiri secara etimologis berasal dari kata dasar “pimpin” (lead) berarti membimbing atau menuntun. Setelah diberi awalan “pe” maka menjadi “pemimpin” (leader). Artinya seorang yang mampu mempengaruhi orang lain melalui kewibawaan dan komunikasi untuk mencapai suatu tujuan
1. Prinsip Kepemimpinan Dalam Islam
Cukup banyak ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Rasulullah yang memberikan petunjuk tentang siapa yang disebut pemimpin, tugas dan tanggung jawabnya, maupun mengenai sifat-sifat atau perilaku yang harus dimiliki oleh seorang yang disebut pemimpin. Diantaranya beberapa ayat penjelas berikut ini : Firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 30
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
2. Sumber-sumber Kepemimpinan Dalam Islam
Terlaksananya suatu proses kepemimpinan denagn baik, diperlukan beberapa unsur antara lain pemimpin yang mempunyai kekuasaan, kewibawaan, dan popularitas yang tinggi. Konsep tujuan yang hendak dicapai dan pengikut yang dapat berkeja sama dengan baik, penuh semangat, dan dedikasi.
Semua unsur itu harus menggambarkan hubungan yang harmonis antara satu dengan lainnya. Sebab kekuasaan seorang pemimpin tidak berarti kewibawaan untuk mempengaruhi dan mengarahkan jalan pikiran pengikutnya.
3. Urgensi Pemimpin Dalam Komunitas Muslim
Dalam ajaran Islam urgensi pemimpin dalam komunitas muslim merupakan suatu kepastian, bahkan Rasulullah mengingatkan dalam batas dan wilayah yang sangat kecil sekalipun pemimpin itu sudah harus diadakan seperti Sabda beliau :Jika kamu bertiga maka pilihlah salah seorang sebagai pemimpin. Hadits ini mengisyaratkan bahwa jika dalam perjalanan saja perlu ada pemimpin, apalagi dalam komunitas yang jumlah relatif besar, dimana sangat banyak perkara yang muncul untuk diolah, dianalisis dan dikendalikan.
4. Model Kepemimpinan Rasulullah
Berbicara tentang model kepemimpian Rasulullah saw, yang merupakan rahamatan lil ‘alamin, pada hakikatnya adalah bicara tentang seorang tokoh pemimpin yang universal dan komprehensif, karena misi kepemimpinan Rasulullah saw tidak hanya tertuju kepada suatu kaum atau golongan.
Kepemimpinan rasulullah saw, sebagai suri teladan yang harus diikuti oleh umat Islam. Beliau memiliki akhlak yang agung dan mulia. Dengan keluhuran akhlak itulah beliau berdakwah, mengajak manusia menuju jalan yang diridhai Allah.
Model kepemimpinan Rasulullah saw, diawali dengan pembinaan akidah. Hal ini jelas sekali bahwa konsep dasar yang ditanamkan oleh Rasulullah pada periode Mekkah adalah membina akidah umat.
Dengan demikain, dapat dipahami bahwa masalah akidah adalah asas yang fundamental dalam Islam. Tanpa akidah yang koko, Islam seseorang tidak akan berarti.
BAB III
KESIMPULAN
Kepemimpinan rasulullah saw, sebagai suri teladan yang harus diikuti oleh umat Islam. Beliau memiliki akhlak yang agung dan mulia. Dengan keluhuran akhlak itulah beliau berdakwah, mengajak manusia menuju jalan yang diridhai Allah.
Model kepemimpinan Rasulullah saw, diawali dengan pembinaan akidah. Hal ini jelas sekali bahwa konsep dasar yang ditanamkan oleh Rasulullah pada periode Mekkah adalah membina akidah umat.
Dengan demikain, dapat dipahami bahwa masalah akidah adalah asas yang fundamental dalam Islam. Tanpa akidah yang koko, Islam seseorang tidak akan berarti.
Pemimpin
ideal
1. Memberikan komitmennya, waktu untuk membangun perusahaan ataupun timnya
2. Keinginan untuk mendukung anggotanya. Mendukung dengan memberikan motivasi agaranggotanya memiliki antusiasme dan semangat yang positif. Juga memberikan contoh sosok pemimpin yang baik
3. Antusiasme, energi, inspirasi dan kemampuan yang memadai.
4. Kerelaan untuk memikul tanggung jawab dan bukan melemparkannya.
5. Kemampuan untuk membuat tim bersatu untuk membuat pencapaian lebih dari sekedar yang dilakukan oleh sekelompok individu
1. Memberikan komitmennya, waktu untuk membangun perusahaan ataupun timnya
2. Keinginan untuk mendukung anggotanya. Mendukung dengan memberikan motivasi agaranggotanya memiliki antusiasme dan semangat yang positif. Juga memberikan contoh sosok pemimpin yang baik
3. Antusiasme, energi, inspirasi dan kemampuan yang memadai.
4. Kerelaan untuk memikul tanggung jawab dan bukan melemparkannya.
5. Kemampuan untuk membuat tim bersatu untuk membuat pencapaian lebih dari sekedar yang dilakukan oleh sekelompok individu
Faktor2
yang mempengaruhi gaya kepemimpinan
Kepribadian (personality), pengalaman masa lalu dan harapan pemimpin, hal ini mencakup nilai-nilai, latar belakang dan pengalamannya akan mempengaruhi pilihan akan gaya kepemimpinan.
2. Harapan dan perilaku atasan.
3. Karakteristik, harapan dan perilaku bawahan mempengaruhi terhadap apa gaya kepemimpinan.
4. Kebutuhan tugas, setiap tugas bawahan juga akan mempengaruhi gaya pemimpin.
5. Iklim dan kebijakan organisasi mempengaruhi harapan dan perilaku bawahan.
6. Harapan dan perilaku rekan.
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi baik berupa pesan,ide gagasan, dari satu pihak ke pihak yang lain baik berupa lisan maupun tulisan.
Syarat komunikasi harus ada pengirim>pesan>penerima
Pengirim(sumber) adalah seseorang yang mempunyai kebutuhan atau informasi serta mempunyai kepentingan mengkomunikasikan kepada orang lain
Pesan adalah segala bentuk biasanya adalah informasi yang dapat dirasakan dan dimengerti satu atau lebih dari indra penerima
Penerima adalah orang yang menerima pesan dari pengirim
Kepribadian (personality), pengalaman masa lalu dan harapan pemimpin, hal ini mencakup nilai-nilai, latar belakang dan pengalamannya akan mempengaruhi pilihan akan gaya kepemimpinan.
2. Harapan dan perilaku atasan.
3. Karakteristik, harapan dan perilaku bawahan mempengaruhi terhadap apa gaya kepemimpinan.
4. Kebutuhan tugas, setiap tugas bawahan juga akan mempengaruhi gaya pemimpin.
5. Iklim dan kebijakan organisasi mempengaruhi harapan dan perilaku bawahan.
6. Harapan dan perilaku rekan.
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi baik berupa pesan,ide gagasan, dari satu pihak ke pihak yang lain baik berupa lisan maupun tulisan.
Syarat komunikasi harus ada pengirim>pesan>penerima
Pengirim(sumber) adalah seseorang yang mempunyai kebutuhan atau informasi serta mempunyai kepentingan mengkomunikasikan kepada orang lain
Pesan adalah segala bentuk biasanya adalah informasi yang dapat dirasakan dan dimengerti satu atau lebih dari indra penerima
Penerima adalah orang yang menerima pesan dari pengirim
Komentar
Posting Komentar